Aceh Tenggara – Sekitar 500 jiwa warga Aceh Tenggara yang bekerja sebagai buruh harian pemetik kopi di Kabupaten Bener Meriah dan Takengon meminta perhatian serta bantuan dari Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara. Permohonan tersebut disampaikan pada Kamis, 25 Desember 2025, dari Kutacane melalui pesan WhatsApp.
Hingga saat ini, para warga masih bertahan di lokasi perkebunan kopi tempat mereka bekerja. Sebagian besar tinggal jauh dari pusat perkotaan, bahkan ada yang menetap di kawasan pegunungan sebagai penjaga kebun kopi. Kondisi geografis yang sulit tersebut membuat mereka mengalami keterbatasan akses, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Salah seorang warga Aceh Tenggara yang bekerja di Bener Meriah, Oby Plis, kepada Kabiro media lensasiber.com mengungkapkan bahwa sedikitnya 17 unit rumah warga Aceh Tenggara dilaporkan mengalami kerusakan. Selain itu, masyarakat juga menghadapi persoalan tingginya harga kebutuhan pokok, khususnya beras.
“Untuk harga beras di sini sudah sangat mahal, mencapai Rp500.000 per sak. Beras juga sulit didapat karena kondisinya langka,” ujar Oby.
Ia menambahkan, mayoritas warga Aceh Tenggara yang bekerja sebagai pemetik kopi merupakan masyarakat kurang mampu. Dengan kondisi ekonomi tersebut, mereka tidak sanggup membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya yang harganya terus melonjak.
“Atas kondisi ini, kami sangat berharap kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara agar segera menyalurkan bantuan bahan pokok, terutama beras dan sembako, kepada masyarakat Aceh Tenggara yang saat ini bekerja dan bertahan di wilayah Bener Meriah dan Takengon,” harapnya.
Warga berharap bantuan tersebut dapat segera direalisasikan guna meringankan beban hidup mereka di tengah sulitnya akses serta mahalnya kebutuhan pokok di kawasan perkebunan kopi.
(Syah Putra)




